Monday, October 8, 2007

Buletin Studia
20 September 2007 - 16:57
Puasa Sia-sia
STUDIA Edisi 359/Tahun ke-8 (17 September 2007)

Pernah nggak ketika udah capek lari-lari mo naik kereta, eh begitu nyampe stasiun bener-bener pas-pasan: pas nyampe stasiun pas kereta berangkat. Kira-kira gondok nggak? Udah mah capek, eh malah ketinggalan kereta pula. Sia-sia deh perjuangan kita lari-lari. Gara-gara kita telat bangun, salah perhitungan dan jalanan macet. Duh, rugi banget kan?

Oya, ngomong-ngomong soal sia-sia sebenarnya banyak kok yang mungkin aja udah jadi pengalaman keseharian kita. Misalnya aja nih, sia-sia saja kita usaha setengah mati mencintainya, ketika menyatakan cinta malah ditolak. Tanya kenapa? Selain soal takdir, bisa jadi karena pesona kita nggak membuat si dia yakin akan kesungguhan kita. Apalagi kita udah kegeeran duluan, bahwa dia pasti menerima cinta kita. Padahal mah yang terjadi, dia nggak mikirin kita sama sekali. Tentu saja selain takdir, memang ada syarat dan ketentuan yang berlaku. salah satunya karena kita nggak punya potensi dan pesona yang membuat dia tertarik. Sia-sia kita mencintainya dengan bertepuk sebelah tangan. Sakit dan perih tuh!

Nah, gimana jadinya kalo kita udah setengah mati puasa tapi cuma dapetin lapar dan haus doang? Sia-sia udah pasti. Rugi? Jelas. Kecewa? Ya iya lah! Duuuh, sebulan penuh puasa cuma dapetin perut keroncongan seharian, mulut kering karena nggak dialiri air minum. Tanya kenapa?

Sobat muda muslim, untuk melaksanakan ibadah dalam Islam itu ada lho syarat dan ketentuannya. Nggak bisa bebas sesuka kita. Syaratnya apa? Namanya syarat, berarti kalo nggak terpenuhi ya nggak sah ibadah yang dilakukannya. Untuk melaksanakan puasa ini, syarat sah puasa adalah dia seorang muslim/muslimah. Jelas dong, karena puasa Ramadhan hanya diwajibkan bagi kaum muslimin. Selain wajib muslim/muslimah, syarat sah bisa puasa adalah orang tersebut waras alias nggak gila, juga bukan anak-anak dan tentu saja yang mampu melakukannya.

Sementara ketentuannya, puasa Ramadhan itu adalah dilakukan pada bulan Ramadhan. Ya iya lah, kalo bulan Rajab kita puasa bukan puasa Ramadhan namanya, tapi puasa di bulan Rajab. Kemudian, puasa Ramadhan itu dilaksanakan setelah waktu fajar hingga maghrib setiap harinya selama sebulan penuh. Tentu saja, nggak boleh makan dan minum di siang hari, bagi yang udah nikah tentunya nggak berhubungan seks di siang hari, dan ketentuan lainnya yang bisa membatalkan puasa harus dihindari.

Lalu, apa hubungannya dengan puasa yang sia-sia? Hmm... gini sobat, ibadah puasa syarat dan ketentuannya memang demikian seperti yang ditulis di atas itu. Namun, bukan berarti kalo kita puasa makan dan minum, puasa pula perbuatan kita sehari-hari. Nggak lha yauw. Nah, di antara perbuatan kita itu sangat boleh jadi ada perbuatan yang maksiat. Kira-kira gimana jadinya tuh kita getol puasa dan tanpa batal tapi mulut berbusa ngomongin kejelekan orang lain? Puasanya nggak batal, tapi perbuatannya berpotensi menggerus pahala puasa. Ih, rugi banget kan?

Itu sebabnya Rasulullah saw. bersabda: Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga” (HR Ahmad)

Sobat, hadis ini memberikan gambaran kepada kita untuk senantiasa waspada dengan apa yang akan kita perbuat. Sebab, puasa tidak hanya diwajibkan untuk menahan dari makan dan minum, tetapi juga menahan mata dari memandang yang dilarang, menahan telinga dari mendengar yang buruk, dan menahan mulut dari bicara kotor, mengumpat, dan menggunjing. Pun menjaga tangan dari berbuat maksiat, menjaga kaki dari melangkah ke tempat yang dilarang.

Nah, kira-kira sanggup nggak kita puasa dari makan dan minum di siang hari sekaligus mulut kita puasa dari perbuatan bohong, puasa dari ngomongin kejelekan orang lain? Insya Allah ada yang sanggup memang, tapi kebanyakan manusia nggak sanggup. Buktinya Rasulullah saw. menyampaikan hadis tersebut. Iya nggak?

Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan ghibah maka tiada artinya di sisi Allah baginya berpuasa dari makan dan minum” (HR Bukhari)

Hehe... ini bukan berarti mendingan nggak puasa. Nggak otomatis lho. Puasanya tetap nggak batal, tapi sangat berpotensi sia-sia karena pahala puasa kita ketelen terus setiap kali melakukan maksiat. Ibaratnya, maksud hati missed call sama temen, eh malah pulsa kita ketelen karena mailbox. Berkurang deh pulsa kita. Gondok nggak? Pasti, nyesel. Nah, apalagi puasa, capek-capek sebulan penuh cuma dapet lapar dan haus doang. Cacingan deh lu!

Begitu juga yang puasa dari makan dan minumnya sangat tahan godaan, tapi begitu bertemu dengan pacarnya hawa nafsu yang jadi panglimanya. Jebol sudah pertahanannya. Memang masih puasa dari makan dan minum, tapi pergaulannya dengan lawan jenis bukan mahram justru udah melanggar aturan Islam. Iya dong, kan Islam mengharamkan hubungan akrab pranikah antar lawan jenis seperti yang udah sering dibahas oleh buletin ini . Nah, kira-kira, puasanya batal nggak? Puasanya insya Allah nggak batal (selama nggak makan dan minum saat kencan tersebut), tapi pahala puasa itu bakalan ‘didiskon’ gara-gara melakukan maksiat tersebut. Kalo maksiatnya lebih banyak, mana tabungan pahalanya dong? Jadi, yang didapat nantinya cuma lapar dan haus doang. Halah, rugi euy!

Berlomba memperbanyak amal shaleh
Sobat muda muslim, bagi kamu yang senang belanja dan kebetulan di tempat belanja langgananmu itu diadakan diskon gede-gedean semua produk yang dijual selama sebulan penuh dan pada saat itu kamu lagi banyak duit, kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Yup, umumnya bakalan datengin tuh tempat jualan karena diskonnya sangat menggiurkan. Misalnya, sepatu yang tadinya berbandrol Rp 100 ribu di lain waktu, tapi kalo saat diskon di bulan ini jadi cuma Rp 40 ribu. Waduh, bisa dapet dua kan? Seneng banget nggak? Pasti, apalagi itu sepatu inceran sejak lama.

Nah, di bulan Ramadhan juga kira-kira begitu deh analoginya. Karena pada bulan Ramadhan ini Allah Swt. benar-benar memberikan pahala yang banyak dan dalam jumlah yang besar. Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan. Allah telah memfardlukan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh setan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan” (HR Ahmad)

Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a, bahwa Nabi saw. bersabda: “Setiap amal yang dilakukan anak adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, itu untukKu dan Aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karenaKu.’ Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi.”

Sobat, pada malam di bulan Ramadhan, Islam memotivasi umatnya untuk mengerjakan amalan sunnah; shalat tarawih dan tadarus al-Quran. Dorongan untuk melaksanakan shalat sunnah harus dipahami bahwa shalat wajib harus lebih giat lagi untuk dilakukan. Jangan sampe tarawih mah getol karena senang rame-rame di masjid tapi kewajiban shalat yang lima waktu dilaksanakan sesukanya, yee itu salah prosedur atuh. Karena tidak ada shalat sunnah bagi yang tidak pernah shalat wajib. Sungguh sangat aneh bila kita giat melaksanakan shalat sunnah, sementara shalat wajib dilalaikan atau bahkan ditinggalkan. Tul nggak?

Kenapa hal ini bisa terjadi? Yup, karena kaum muslimin acapkali terjebak dalam ritualisme ibadah. Artinya, kaum muslimin ketika melaksanakan ibadah hanya untuk memenuhi kewajiban semata, tanpa memperhatikan esensi dari setiap bacaan yang ia ucapkan atau gerakan yang ia lakukan dalam ibadahnya itu. Akibatnya, ibadah yang seharusnya memberi pengaruh terhadap perilaku, menjadi gerakan atau ucapan yang kosong tanpa makna. Idih, sia-sia banget kan?

Maka sungguh sangat disayangkan jika di antara kita banyak yang kuat menahan diri dari rasa lapar dan haus, sementara tak bisa berkutik untuk menahan godaan hawa nafsu. Mulut kita bisa bertahan dari makanan atau minuman, tetapi tidak bisa menahan dari menggunjing, mengumpat, dan bicara kotor. Puasanya memang tidak batal, tetapi esensi dari ibadah shaum yang mengajarkan untuk semakin meningkatkan ketakwaan kita (sebagaimana dalam QS al-Baqarah ayat 183), menjadi tidak bermakna. Puasa kita menjadi sia-sia. Sebab tak mendapatkan apa-apa (pahala), kecuali hanya rasa lapar dan haus.

Sobat, Islam adalah totalitas. Itu artinya, saat kita ibadah ritual dengan ketika kita melakukan muamalah (jual beli, bekerja dsb.), keduanya harus senantiasa berpatokan kepada aturan Islam. Nggak boleh aturan lain.

Banyak aktivitas amalan sunnah di bulan Ramadhan yang berpotensi mendulang pahala yang bisa kita kerjakan bersama atau sendiri. Selain tadarus al-Quran dan shalat tarawih, masih ada i’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan sekalian untuk ‘nangkep’ lailatul qadr, kalo punya rejeki banyak silakan umrah ke tanah suci. Yuk, terus perbanyak amal shaleh kita. Tapi, tentunya amal buruk sebisa mungkin dikurangi, syukur-syukur kalo bisa menghilangkannya sama sekali. Semoga Allah Swt. memudahkan segala upaya kita untuk meraih pahalaNya. Amin.

Sekadar ngingetin
Sekadar ngingetin aja nih. Tentunya bukan cuma buat kamu semua, tapi juga saya sendiri sebagai penulis artikel ini. Semoga kita semua senantiasa diberikan kekuatan iman, kekuatan takwa, dan kekuatan fisik dalam menjalani ibadah di bulan Ramadhan ini. Semoga puasa kita bukan puasa yang sia-sia, tapi puasa yang diberkahiNya. Itu sebabnya, ibadah puasa kita selama Ramadhan ini, harus dibarengi dengan banyaknya amal shaleh yang kita kerjakan dan insya Allah mampu menjadikan kita sebagai orang-orang yang bertakwa kepada Allah Swt. Nggak ada daya dan upaya kecuali dari Allah Swt. Yuk, kita sama-sama berdoa dan berusaha agar Allah Swt. memilih kita sebagai hamba-hambaNya yang beriman dan bertakwa. Amin. [solihin: www.osolihin.wordpress.com]






1 comment:

Anonymous said...

Oi, achei seu blog pelo google está bem interessante gostei desse post. Gostaria de falar sobre o CresceNet. O CresceNet é um provedor de internet discada que remunera seus usuários pelo tempo conectado. Exatamente isso que você leu, estão pagando para você conectar. O provedor paga 20 centavos por hora de conexão discada com ligação local para mais de 2100 cidades do Brasil. O CresceNet tem um acelerador de conexão, que deixa sua conexão até 10 vezes mais rápida. Quem utiliza banda larga pode lucrar também, basta se cadastrar no CresceNet e quando for dormir conectar por discada, é possível pagar a ADSL só com o dinheiro da discada. Nos horários de minuto único o gasto com telefone é mínimo e a remuneração do CresceNet generosa. Se você quiser linkar o Cresce.Net(www.provedorcrescenet.com) no seu blog eu ficaria agradecido, até mais e sucesso. (If he will be possible add the CresceNet(www.provedorcrescenet.com) in your blogroll I thankful, bye friend).